Apa itu Neurodiversity?
Dari Disleksia sampai Autisme
Kebutuhan dan Tantangan Neurodivergent
Autisme
Autisme adalah ragam fungsi otak yang berdampak terutama pada cara berkomunikasi dan berinteraksi.
Memproses komunikasi non-verbal (bahasa tubuh, raut muka, dan kontak mata), serta menginterpretasikan pikiran dan perasaan orang lain bisa terasa cukup sulit.
Individu autistik juga biasa menaruh minat besar dan berfokus pada suatu hal tertentu. Selain itu, individu autistik juga sangat menyukai rutinitas dan pola perilaku yang berulang.
Disleksia
Disleksia adalah ragam fungsi otak yang berdampak pada literasi atau pun hal-hal yang berhubungan dengan bahasa. Memproses informasi dan fonologi dengan cepat adalah sebuah tantangan untuk individu dengan disleksia. Karenanya, mereka biasa kesulitan membaca dan menulis, mengikuti instruksi tertulis maupun verbal, mengatur dan mengikuti jadwal, serta memformulasikan pikiran dengan cepat.
Disleksia juga punya keragamannya sendiri, mulai dari yang tantangannya besar sampai kecil. Diperkirakan 1 dari 10 orang memiliki disleksia. Tetapi, semakin dewasa disleksia semakin sulit dikenali. Individu disleksik dewasa sering kali telah membentuk strateginya sendiri untuk menghadapi tantangan mereka.
ADHD
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah ragam fungsi otak yang ditandai dengan impulsivitas, hiperaktivitas, dan kesulitan menjaga perhatian.
Beberapa tantangan yang dihadapi individu dengan ADHD adalah kesulitan berkonsentrasi saat membaca, menulis, atau mendengarkan serta kesulitan menghentikan aktivitas otak, yang seringnya membuat mereka sulit tidur.
Selain itu, individu dengan ADHD juga bisa merasa mudah bosan, sulit mengatur waktu atau jadwal, dan cenderung menunda pekerjaan karena besarnya energi yang harus dikeluarkan untuk mengatur perhatian begitu besar.
Dispraksia
Dispraksia adalah perbedaan cara kerja otak dalam memproses aksi motorik, baik dalam hal perencanaan dan koordinasi gerak, maupun keseimbangan.
Tantangan yang dihadapi teman dengan dispraksia misalnya kesulitan fungsi motorik seperti menulis, berkendara, dan berjalan.
Sindrom Tourette
Sindrom Tourette adalah ragam fungsi otak yang ditandai dengan gerakan atau ucapan yang berulang dan tidak direncanakan, yang biasa disebut tics.
Tantangan yang dihadapi teman-teman dengan sindrom Tourette di antaranya adalah pada saat tics muncul di ruang publik atau saat sedang berkonsentrasi melakukan sesuatu.
Orang yang tidak paham kadang menganggap individu dengan Sindrom Tourrete merekayasa tics mereka untuk perhatian atau keringanan dalam pekerjaan.
Melawan Stigma, Membongkar Konstruksi Sosial
Model Disabilitas
Neurodiversity sebagai Sebuah Gerakan
Bagaimana gerakan neurodiversity di Indonesia?
Wawancara sebagai penentu rekrutmen
Wawancara sebagai penentu rekrutmen
Individu neurodivergent memiliki kemungkinan berhasil yang kecil dalam wawancara. Baik itu karena kesulitan menjaga kontak mata, kepercayaan diri yang rendah karena pengalaman buruk di wawancara, atau cara mengkomunikasikan kelemahan dan kekuatan yang kurang strategis. Padahal, belum tentu orang yang dianggap berhasil di wawancara bisa bekerja dengan lebih baik.
Mengukur performa kerja karyawan
Mengukur performa kerja karyawan
Meski seseorang dengan keragaman syaraf berhasil melewati proses rekrutmen, kriteria tradisional untuk mendefinisikan pegawai yang baik (komunikasi, kerjasama tim, kecerdasan emosional, kemampuan persuasi dan berjejaring, serta kemampuan menyesuaikan diri dengan praktek standard) tetap dapat menyingkirkan orang dengan keragaman syaraf.
Kurangnya akomodasi sensorik
Sebagian individu neurodivergent seperti mereka dengan Autisme dan ADHD memiliki proses sensorik yang berbeda dengan neurotypical. Karena itu, mereka memiliki respons dan kebutuhan sensorik yang berbeda pula. Hal ini dapat mempengaruhi keseharian di tempat kerja—misalnya, bekerja di ruang yang terang dan berisik bisa membuat individu tersebut kewalahan secara sensorik sehingga tidak bisa menunjukkan performa yang maksimal.
Komunikasi yang tidak sesuai
Individu autistik, misalnya, berpikir secara spesifik. Karena itu, individu autistik terbantu oleh cara komunikasi yang spesifik dan lugas. Instruksi yang diberikan dengan jelas, spesifik, dan lugas membantu performa individu autistik. Sementara, instruksi yang tidak spesifik menyebabkan individu autistik kesulitan untuk mengerjakan tugas secara optimal.
Executive Dysfunction
Individu dengan autisme, ADHD, atau bipolar, misalnya, cenderung memiliki fungsi eksekutif yang lebih lemah. Tanpa fungsi eksekutif yang baik, mengerjakan tugas berdasarkan tenggat waktu yang telah diberikan menjadi sulit. Karena itu, individu neurodivergent kadang memerlukan akomodasi agar dapat menyelesaikan pekerjaan seoptimal mungkin.
Proses Kognitif dan Adaptasi
Individu autistik memiliki proses kognitif yang berbeda dengan neurotypical. Proses kognitif individu autistik yang intens membuat mereka merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah menjadi rutinitas. Karena itu, individu autistik cenderung kesulitan menghadapi hal-hal baru atau tidak terduga.