Mengenai Kesenjangan Inklusi Keuangan Digital
September 16, 2020Membuat Perbedaan agar Kita Mampu Merdeka Finansial
September 16, 2020Makna
Kapitalisme di Persimpangan Jalan
oleh Herry Pradana
“Kapitalisme telah menunjukan hanya beberapa orang yang akan sukses dan berhasil. Sisanya akan melayani mereka yang sukses tersebut.” -Michael Moore
Saya sering membaca berita mengenai sejumlah orang di negara maju yang memiliki kekayaan lebih dari separuh jumlah kekayaan penduduk di dunia.
Data dari Credit Suisse Global Wealth Report tahun 2019 menyebutkan bahwa “1 persen orang terkaya di dunia memiliki kekayaan lebih dari $1 juta atau mewakili hampir 44 persen kekayaan dari penduduk dunia.” Bahkan pada level yang ekstrem, 10 orang miliarder terkaya di dunia memiliki kekayaan gabungan sebesar $801 miliar, angka yang jauh lebih besar dari total produksi barang dan jasa bagi sebagian besar negara di dunia.
Sampai saat ini, saya masih sulit membayangkan jika kekayaan seseorang atau hanya segelintir orang saja lebih besar dari gabungan PDRB dari beberapa negara sekaligus. Seberapa keras usaha yang dibutuhkan? Seberapa besar energi yang harus dikeluarkan? Dan seberapa lama waktu yang harus dicurahkan untuk sampai pada level tersebut? Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di benak saya.
Hal ini mengingatkan saya pada diskusi panjang dan “njilmet” semasa saya kuliah dulu ketika membahas topik “Managing in a Global Context” (Manajemen Konteks Global). Pada salah satu sesi diskusi, kami memperdebatkan mengenai konsep kapitalisme, meritokrasi, dan dampaknya pada ketimpangan di masyarakat.
Bagi teman-teman yang belum begitu familiar dengan konsep kapitalisme dan meritokrasi, saya coba beri sedikit gambaran. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang menitikberatkan pada penguasaan faktor-faktor produksi oleh individu atau perusahaan, dimana keberhasilan sistem ini bergantung pada ekonomi pasar bebas. Peran pemerintah juga sangat kecil terhadap apa yang akan diproduksi, berapa banyak yang akan diproduksi, kapan memproduksinya, dan menyerahkan semuanya pada mekanisme pasar.
Sedangkan meritokrasi adalah adalah sebuah konsep dimana kesuksesan dan status seseorang bergantung terutama pada bakat, kemampuan, dan usaha mereka sendiri. Artinya, konsep ini dibangun di atas keyakinan bahwa setiap orang dapat berhasil dengan usaha dan kerja keras.
Kembali pada pokok bahasan diskusi tersebut, sebagian rekan saya berpendapat bahwa sistem kapitalisme adalah sistem ekonomi terbaik karena dianggap progresif yang mendukung kebebasan individu untuk berusaha, berkreasi, dan berinovasi.
Kapitalisme juga dianggap sangat mengedepankan konsep meritokrasi yang mempromosikan kesetaraan (equality) sehingga setiap orang akan memiliki kesempatan dan peluang yang sama dalam mewujudkan mimpinya. Sistem ini juga memberikan kebebasan dalam menentukan pilihan, dan percaya bahwa seseorang dapat membuat keputusan terbaiknya sendiri.
Di sisi yang berseberangan, rekan-rekan lainnya berargumen bahwa kapitalisme memiliki andil yang besar atas tingginya angka kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan serta pemanasan global. Hal ini disebabkan karena sebagian besar manfaat teknologi dan dampak globalisasi hanya dirasakan oleh para pemilik modal atau kalangan menengah ke atas, sedangkan biaya dari kemajuan tersebut sebagian besar ditanggung oleh para buruh atau para pekerja (working-class), dan produsen lokal.
Dampak dari praktek sistem kapitalisme ini juga dapat dilihat dari bermigrasinya berbagai jenis pekerjaan (khususnya pekerjaan semi-terampil) ke negara-negara di Asia karena upah pekerja yang relatif murah. Seiring dengan hal ini, kemajuan teknologi sedikit banyaknya telah menggeser peran pekerjaan manusia (manual labor) pada banyak titik di rantai pasok produksi.
Kondisi tersebut berimbas pada naiknya standar level keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk masuk dunia kerja dan pada akhirnya akan berdampak besar pada dua kelompok usia di masyarakat, yaitu pekerja yang lebih tua dan mereka yang berusaha mencari pekerjaan pertama mereka (fresh graduate). Akumulasi dari rangkaian proses di atas akan menjadi penyebab lahirnya kemiskinan baru atau sekurang-kurangnya akan melestarikan kemiskinan yang sudah ada.
Lebih lanjut argumen dari rekan saya yang “kontra-kapitalisme”: kapitalisme dianggap sebagai sumber dari ketimpangan sosial di masyarakat. Beberapa hasil ketimpangan dan ketidaksetaraan tersebut memang sebagian berdasarkan merit atau kelayakan: perbedaan kemampuan, keterampilan, dan bakat. Tetapi hal tersebut tidak serta merta dapat menjelaskan besarnya kesenjangan pendapatan di banyak negara kapitalis. Meskipun tidak instan, kesenjangan ini pada akhirnya mengakibatkan perbedaan capaian kualitas pendidikan, akses kepada pelayanan kesehatan, tingkat pendapatan dan ketidaksetaraan lebih lanjut dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Kebebasan ekonomi dalam sistem kapitalisme berarti bahwa pelaku ekonomi akan lebih mementingkan keuntungan finansial dibandingkan dengan potensi kerusakan ekosistem dan lingkungan akibat eksploitasi yang dilakukan. ~ Herry Pradana Share on XKonsep kapitalisme juga tampaknya tidak sejalan dengan program konservasi alam dan pelestarian lingkungan. Mesin utama dari kapitalisme adalah pertumbuhan ekonomi dan tingkat konsumsi yang tinggi. Dua hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan tekanan yang besar terhadap lingkungan. Sumber daya yang terbatas tidak akan dapat mengimbangi pertumbuhan tanpa batas.
Kebebasan ekonomi dalam sistem kapitalisme ini juga berarti bahwa pelaku ekonomi akan lebih mementingkan keuntungan finansial dibandingkan dengan potensi kerusakan ekosistem dan lingkungan akibat eksploitasi yang dilakukan. Contoh nyata dari praktek ini dapat dilihat dari praktek outsourcing, dimana negara-negara kapitalis secara tidak langsung “mengekspor” industri pencemar lingkungan mereka ke negara-negara berkembang, sambil mempertahankan industri non-polutif di negaranya sendiri.
Pada akhir diskusi kami semua berkesimpulan bahwa tidak ada sistem yang sempurna. Namun apakah kapitalisme itu merupakan sesuatu yang jahat yang harus dimusuhi dan dihapuskan?
Dengan segala keterbatasannya, sistem kapitalisme juga kami yakini telah banyak berkontribusi positif terhadap dunia. Banyaknya kesempatan kerja yang lahir akibat ekspansi ekonomi kapitalisme berdampak pada jutaan orang telah berhasil keluar dari kemiskinan. Inovasi dan perkembangan pesat teknologi dan komunikasi juga merupakan dampak tidak langsung dari sistem ini. Selain itu, konsumen juga dimanjakan dengan banyak serta bervariasinya barang dan jasa yang ditawarkan dipasar dengan harga yang kompetitif untuk semua segmen konsumen.
Jika digali lebih dalam, prinsip dasar dari kapitalisme adalah motivasi individu yang didorong oleh dorongan untuk meraih keuntungan finansial. Misalnya, seorang pengusaha mau mengambil risiko untuk mendirikan perusahaan karena mereka telah memperhitungkan secara jeli akan mendapatkan keuntungan dari operasional usahanya. Jika tidak ada insentif keuntungan ini, pengusaha tidak akan mengambil risiko mendirikan perusahaan. Oleh karena itu, dalam konteks ini, motivasi finansial menjadikan ketidaksetaraan sebagai unsur esensial kapitalisme.
Ketidaksetaraan atau kesenjangan pendapatan juga merupakan aspek penting untuk memotivasi pekerja. Sebagai ilustrasi, jika setiap pekerja menerima upah yang sama, terlepas dari tingkat keterampilan, keahlian dan kerja kerasnya, tidak akan ada insentif bagi pekerja untuk mempelajari keterampilan, keahlian, teknik baru dan bekerja keras di tempat kerjanya. Di sisi lain, perusahaan dapat membayar pekerja yang lebih produktif dan memiliki keterampilan tinggi dengan upah yang lebih tinggi pula sebagai insentif bagi mereka. Kondisi ini tentunya akan menyebabkan ketimpangan dalam sistem pemberian upah. Namun tanpa adanya insentif tersebut, akan sangat sulit untuk memotivasi pekerja untuk memberikan yang terbaik dan bekerja lebih keras.
Kapitalisme pada akhirnya hanyalah sebuah konsep yang dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang yang berbeda, yang memberikan outcome yang berbeda-beda pula pada masing-masing sudut pandang tersebut.
Tidak ada perasaan menang atau kalah dalam diskusi, yang ada hanyalah keseruan, senyum, dan tawa khas teman-teman saya yang selalu dapat membuat diskusi yang berat menjadi asyik dan menyenangkan. Jadi apakah kamu pendukung kapitalisme atau kalian adalah pejuang yang ingin mendobrak hegemoni kapitalisme?
Herry Pradana adalah seorang peneliti di Badan Penelitian dan Pembangunan Daerah Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Ia meraih gelar MBA (Master of Business Administration) di Colorado State University pada tahun 2017 dengan beasiswa Fulbright.
Artikel Terkait
Cara Memulai Investasi Hanya 5 Menit
Untuk memulai investasi diperlukan perencanaan yang baik dan jelas. Sebagai salah satu pendiri Investhink Indonesia, Helmi memastikan apa saja yang harus kita pahami dan persiapkan untuk menentukan rencana investasi. Yuk, simak tulisan informatif berikut!Cerita Kelam dibalik Gemerlapnya Konsep Global Supply Chain
Supply chain pada level dunia (global supply chain) telah menghasilkan praktik sweatshop, dimana banyak terjadi pelanggaran ketenagakerjaan. Banyak brand besar dunia terlibat dalam praktik ini.Filantrokapitalisme: Tidak Ada Makan Siang Gratis
Filantrokapitalisme menjadi istilah yang menggambarkan tren filantropi masa kini, dimana pengusaha sebagai para ‘pemenang’ sistem ekonomi kapitalisme neoliberal bukan lagi penyumbang pasif yang ikhlas, tapi sebagai investor yang menginginkan sumbangannya kembali membawa keuntungan.