Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi. Polisi Menghentikan Penyelidikan.
October 11, 2021Mengenal Bahasa Indonesia dan Mengevaluasi Penutur Jatinya dari Sudut Pandang Penutur Asing
October 21, 2021OPINI
Benarkah Digital Activism Dapat Mempengaruhi Kesehatan Mental?
oleh Amelia Istighfarah
Sebagai pengguna internet, kita harus mempertimbangkan dampak-dampak yang akan kita hadapi. Kita juga harus mempertimbangkan apakah kegiatan tersebut benar-benar memberikan dampak positif bagi banyak orang, atau hanya menguntungkan kelompok tertentu.
Zaman sekarang, siapa yang nggak menggunakan internet?
Internet memang memegang peranan penting dalam kehidupan kita sekarang. Apalagi, masa pandemi ini mengharuskan kita untuk melakukan segala sesuatu dari rumah. Tanpa sadar, keharusan untuk melakukan segala hal melalui secara daring ini pun membuat internet menjadi asupan sehari-hari kita.
Maraknya penggunaan internet memungkinkan kita untuk menerima dan menyebarkan informasi dalam waktu yang singkat. Kita bisa melihat ini dari trending topic di media sosial yang selalu berganti dengan cepat. Bahkan sebelum kita sempat membaca informasi terbaru, akan muncul berita-berita baru lain yang menunggu untuk dibaca.
Biasanya, topik yang sedang ramai dibicarakan hadir dalam bentuk hashtag atau tagar (#). Contoh yang terjadi baru-baru ini adalah munculnya tagar #BoikotSaipulJamil yang menjadi trending topic di twitter. Tagar ini menjadi pembicaraan hangat karena perayaan kembalinya Saipul Jamil setelah menjalani hukuman penjara akibat kasus pencabulan anak di bawah umur dan penyuapan. Penyambutan tersebut membuat banyak masyarakat geram.
#BoikotSaipulJamil merupakan salah satu contoh digital activism (aktivisme digital) yang berasal dari kemarahan masyarakat mengenai tindak kejahatannya di masa lalu. Meskipun sudah menjalani hukuman, sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa Saipul Jamil tidak layak untuk tampil kembali di layar kaca. Hal tersebut dinilai akan menimbulkan asumsi publik bahwa kejahatan yang ia lakukan merupakan hal yang dapat dengan mudah dimaafkan.
Dari tagar #BoikotSaipulJamil, kita mengetahui berbagai respon masyarakat mengenai topik terkait. Ratusan, bahkan ribuan tweet dengan tagar tersebut membuat sebuah informasi tersebar begitu cepat dan luas hingga akhirnya melahirkan pergerakan sosial. Dalam kasus ini, Petisi Boikot Saipul Jamil merupakan contoh nyata dari digital activism.
Tapi, sebenarnya apa itu digital activism?
Menurut Mary Joyce dalam bukunya yang berjudul Digital Activism Decoded: The New Mechanics of Change (Menguraikan Aktivisme Digital: Mekanisme Perubahan Baru), digital activism merupakan serangkaian kegiatan ataupun kampanye yang menggunakan teknologi dan jaringan digital secara berkesinambungan. Dari pengertian tersebut, bisa dikatakan bahwa internet juga memudahkan kita untuk memulai sebuah gerakan.
Internet memudahkan kita untuk memulai sebuah gerakan. ~Amelia Istighfarah Share on XMasih ingat dengan tagar #KitaAgni yang merupakan gerakan solidaritas melawan kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus? Hal tersebut menunjukan bahwa internet dapat memberikan ruang untuk menyuarakan kebenaran. Dengan internet, kita tidak harus turun ke jalan untuk melakukan aksi. Melainkan, kita bisa memulainya melalui tagar, membuat kampanye tentang isu tertentu, dan lain sebagainya.
Apakah digital activism selalu melahirkan dampak positif?
Dalam Jurnal Manajemen Komunikasi: Strategi Aktivisme Digital di Indonesia: Aksesibilitas, Visibilitas, Popularitas dan Ekosistem Aktivisme, Detta Rahmawan, seorang dosen Universitas Padjajaran, menjelaskan bahwa aktivisme internet tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan perhatian publik. Melainkan, ia juga harus memberikan dampak positif kepada yang terlibat dalam gerakan tersebut. Dengan pengertian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa banyaknya tagar yang tersebar tidak menjamin keberhasilan aktivisme dalam dampak positif.
Contoh ketidakberhasilan digital activism dalam membawa dampak positif bagi pelakunya bisa kita lihat dari fenomena SJW atau Social Justice Warrior (pejuang keadilan sosial) yang sering mendapat cercaan dari para netizen. Banyak yang beranggapan bahwa SJW adalah orang yang sok tahu dan mencari ketenaran. Padahal, banyak dari mereka yang menyuarakan isu keadilan sosial terlibat dalam suatu gerakan karena niat dan kepedulian yang tulus.
Hal itu menunjukan bahwa digital activism ternyata juga dapat melahirkan sikap destruktif seperti komentar-komentar jahat netizen yang menentang berjalannya suatu gerakan. Akibat adanya pandangan negatif tersebut, pesan-pesan penting yang disampaikan oleh para SJW pun tenggelam di antara komentar-komentar netizen.
Digital activism ternyata juga dapat melahirkan sikap destruktif seperti komentar-komentar jahat netizen yang menentang berjalannya suatu gerakan ~Amelia Istighfarah Share on XDengan begitu, apakah artinya digital activism dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang?
Dikutip dari artikel jurnal The Psychology of Online Activism and Social Movements: Relations between Online and Offline Collective Action (Psikologi Aktivisme Online dan Gerakan Sosial: Hubungan Antara Aksi Kolektif Online dan Offline) (2020), media sosial memiliki peran yang sangat besar dalam digital activism.
Pertama, media sosial menyediakan wadah bagi seseorang untuk menyampaikan pendapatnya. Kedua, media sosial memberi ruang bagi komunitas untuk membangun citra dan melawan stigma yang negatif mengenai isu yang dibawakan. Di samping itu, media sosial juga memungkinkan orang-orang di luar komunitas untuk turut mendukung gerakan mereka.
Namun, meskipun media sosial memudahkan kita untuk melakukan digital activism, ada pula dampak negatif yang dibawa, khususnya dalam melawan stigma yang melekat pada suatu isu. Dalam artikel jurnal yang sama, disebutkan bahwa media sosial dapat menjadi tempat orang-orang memberikan komentar negatif. Hal itu tentu akan berdampak pada kesehatan mental pelaku kampanye maupun orang-orang yang berkaitan dengan isu yang dibawakan.
Meskipun begitu, masih ada jalan untuk mencapai keberhasilan digital activism.
Contohnya adalah apa yang dilakukan oleh Dodi Sunardi, salah satu supporter di aplikasi Campaign #ForChange dan pelaku digital activism, Dodi merasa sangat beruntung karena keberadaan internet yang memudahkannya melakukan kampanye online.
Selama ini, Dodi kerap melakukan kampanye melalui aplikasi Campaign #ForChange. Menurut Dodi, aplikasi tersebut memudahkannya dalam melakukan donasi dengan langkah-langkah yang sederhana. Ia pernah mengikuti kampanye dari Komunitas SOS Indonesia, yang bertajuk “Kosongkan Piringmu untuk Mengisi Piring Mereka.”
Untuk mengikuti kampanye ini, ia hanya perlu mengambil foto momen setelah makan lalu mengunggahnya ke aplikasi. Dengan begitu, Dodi sudah berhasil mengikuti kampanye sekaligus berdonasi untuk teman-teman yang membutuhkan.
Dodi berpendapat bahwa kemajuan teknologi, khususnya internet, memberikan banyak dampak positif bagi digital activism. Selain menanamkan kebiasaan baik yang bermanfaat untuk diri sendiri, keberadaan digital activism juga dapat mengumpulkan bantuan untuk teman-teman yang membutuhkan dalam waktu yang singkat.
Dengan melihat keberhasilan digital activism yang dilakukan oleh Dodi Sunardi, kita dapat menyimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan secara daring pun dapat menghasilkan sebuah dampak positif apabila dilakukan dengan bijak.
Namun, pada saat yang sama kita juga tidak bisa mengontrol orang-orang untuk tidak memberikan komentar negatif yang tentu dapat mempengaruhi kesehatan mental kita.
Maka, sebagai pengguna internet, kita harus mempertimbangkan dampak-dampak yang akan kita hadapi. Kita juga harus mempertimbangkan apakah kegiatan tersebut benar-benar memberikan dampak positif bagi banyak orang, atau hanya menguntungkan kelompok tertentu. Selain itu, kita juga harus lebih memperhatikan kesehatan mental kita selama menjadi pengguna media sosial.
Amelia Istighfarah merupakan salah satu Content Writer Intern di Campaign.com. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan di Universitas Padjajaran sebagai mahasiswa akhir. Memiliki hobi mengumpulkan kartu pos-kartu pos dari dari berbagai festival kesenian di Indonesia. <3
Mau tulisanmu diterbitkan di blog Anotasi? Silahkan cek link ini