Mengarusutamakan konservasi multispesies di Indonesia

Pendekatan konservasi multispesies melihat suatu spesies sebagai bagian dari ekosistem dengan peranan yang saling memengaruhi dengan spesies lainnya.

Ide Utama

Seekor rusa yang sedang tidur

Konsep Mini

Pendekatan konservasi yang melihat suatu spesies sebagai bagian dari ekosistem dengan peranan yang saling memengaruhi dengan spesies lainnya.

Spesies yang dipilih atau digunakan sebagai ikon atau simbol untuk kampanye konservasi alam, biasanya karena spesies ini memiliki daya tarik estetika, emosional, atau budaya yang kuat di mata publik.

Keanekaragaman hayati yang mencakup seluruh bentuk kehidupan—mulai dari mikroorganisme, tumbuhan, hewan, hingga manusia.

Membicarakan konservasi satwa liar Indonesia mengingatkan kita pada harimau, gajah, orang utan, dan badak. Namun seberapa sering kita mendengar tentang konservasi rusa bawean, tokhtor sumatera, atau kodok merah yang saat ini statusnya selangkah menuju kepunahan? Tahukah kalian mengenai konservasi komunitas ekologi yang berfokus pada pelestarian ragam spesies satwa liar?

Program konservasi umumnya menggunakan spesies bendera (flagship species) sebagai spesies indikator. Spesies bendera adalah satwa karismatik  (umumnya spesies hewan besar dengan daya tarik populer yang luas) yang digunakan untuk menarik perhatian publik demi pendanaan konservasi seperti harimau dan gajah. Mereka dipilih sebagai spesies indikator untuk merepresentasikan biodiversitas, kondisi habitat, dan status populasi spesies lain di suatu tempat, umumnya di kawasan konservasi.  

Spesies bendera juga menjadi indikator efektivitas program konservasi. Sebagai contoh, pencapaian target peningkatan populasi 25 spesies satwa prioritas terancam punah Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah berarti menunjukkan keberhasilan program konservasi yang telah berjalan. 

Upaya konservasi yang berfokus pada satu atau sejumlah kecil spesies (selanjutnya  akan disebut “konservasi satu spesies”) saat ini masih populer di Indonesia. Hal ini dikarenakan pelaku konservasi (praktisi, peneliti, dan pengelola kawasan konservasi) memiliki pendanaan dan sumber daya yang terbatas sehingga prioritas manajemen konservasi harus ditujukan kepada spesies tertentu.

Namun, konservasi satu spesies memiliki keterbatasan. Satu spesies belum tentu mewakili biodiversitas dan ekosistem di suatu kawasan. Kajian di Sumatera  menemukan bahwa dari empat spesies karismatik, hanya harimau yang distribusinya signifikan mewakili habitat 184 spesies mamalia di hutan Sumatera (dengan persentase keterwakilan 52%). Spesies karismatik lainnya dilaporkan memiliki potensi perwakilan mamalia yang jauh lebih terbatas, dengan angka keterwakilan oleh gajah (18%), orangutan (9%), dan badak (2%). 

Jika kita ingin melindungi seluruh atau sebagian besar satwa liar, apakah konservasi yang fokus satu spesies bendera dengan distribusi yang terbatas dapat memberikan dampak positif? 

Konservasi satu spesies memiliki keterbatasan. ~Ardiantiono Share on X

Untuk menjawab dilema di atas, dunia konservasi semakin banyak mengadopsi konservasi dengan pendekatan multispesies yaitu upaya pelestarian adaptif yang memperhitungkan interaksi antar spesies di dalam suatu ekosistem. Terdapat tiga alasan mengapa konservasi dengan pendekatan multispesies perlu dijadikan mainstream (diarusutamakan).

Pertama, semua spesies berinteraksi dalam jejaring yang kompleks. Pendekatan konservasi multispesies melihat suatu spesies sebagai bagian dari ekosistem dengan peranan khusus yang saling memengaruhi dengan spesies lainnya. Sebagai contoh, keberadaan predator penting untuk mengatur populasi satwa mangsa. Kepunahan predator puncak seperti harimau dapat menyebabkan lonjakan populasi satwa mangsa seperti babi dan rusa. Contoh lainnya, keberadaan spesies penyerbuk dan penyebar biji memiliki peranan penting dalam ekosistem. Hilangnya burung rangkong dan primata pemakan buah dapat mengurangi kemampuan regenerasi hutan karena tidak ada yang menyebarkan biji pohon. Dalam jangka panjang, hal ini akan berdampak bagi spesies lain yang bergantung pada hutan. 

Kedua, upaya konservasi perlu bersifat adaptif dalam merespon tekanan kepunahan yang berbeda untuk setiap spesies. Konservasi multispesies menyediakan informasi ekologi dan populasi ragam spesies, sehingga apabila muncul indikasi penurunan populasi spesies tertentu, intervensi dapat segera dilakukan. Strategi konservasi yang diambil dapat bersifat spesifik-spesies maupun umum. Misalnya, upaya konservasi badak dapat membantu mengurangi ancaman perburuan dan alih fungsi habitat di wilayah distribusi badak. Tetapi, efektivitas strategi serupa menjadi terbatas untuk konservasi harimau dan gajah yang saat ini menghadapi ancaman lain berupa konflik antara manusia dan satwa liar. 

Ketiga, kesempatan untuk mengumpulkan informasi multispesies semakin terbuka seiring dengan perkembangan di teknologi survei dan metode analisis data ekologi. Sebagai contoh, survei harimau di hutan Sumatera saat ini mengandalkan teknologi kamera penjebak. Kamera penjebak merupakan alat survei handal yang dapat dipasang di mana saja dan dapat tetap aktif merekam kehadiran satwa yang melintas  dalam waktu lama (1-3 bulan). Hasil survei kamera penjebak bukan hanya berupa foto atau video harimau, tapi juga dokumentasi spesies yang sulit ditemui secara langsung lainnya seperti badak sumatera, anjing hutan, dan tokhtor sumatera. Deteksi ragam spesies ini dapat diolah untuk menghasilkan informasi status populasi satwa liar di suatu kawasan. 

Beralih dari konservasi satu spesies menjadi multispesies tentu membutuhkan proses. Terdapat tiga rekomendasi untuk pelaku konservasi yang dapat dilakukan untuk mengarusutamakan pendekatan konservasi multispesies. 

(Dengan memahami bahwa spesies bendera merupakan bagian dari ekosistem besar di mana mereka saling bergantung dengan spesies lain) kita akan semakin paham tentang mekanisme dan dinamika ekologi di alam. ~Ardiantiono Share on X

Pertama, pelaku konservasi dapat secara aktif menggunakan informasi multispesies yang tersedia untuk menentukan strategi manajemen konservasi. Sebagai contoh, penentuan area prioritas perlindungan sebaiknya memperhitungkan keberadaan dan status populasi berbagai spesies, tidak hanya berdasarkan informasi spesies bendera. Pelaku konservasi juga dapat mengimplementasikan pengelolaan adaptif dengan cara berfokus pada satwa yang keterancamannya mendesak . Misalnya, program konservasi harimau dapat diperluas dengan melakukan kajian patologis satwa mangsa babi hutan yang diduga mengalami penurunan populasi karena virus flu babi.

Kedua, pendekatan konservasi satu spesies yang berfokus pada suatu spesies bendera saat ini dapat dikembangkan dengan menekankan peranan satwa tersebut di dalam ekosistem dan bagaimana ia berinteraksi dengan spesies lainnya. 

Ketiga, kampanye konservasi dapat mengenalkan spesies-spesies lain yang berinteraksi dengan spesies bendera tetapi masih belum banyak mendapatkan perhatian. Dengan mengenalkan tapir sebagai salah satu contoh mangsa harimau atau mengenalkan anjing hutan dan macan dahan sebagai satwa karnivora besar lainnya, misalnya, kita dapat membuka peluang untuk menarik perhatian demi konservasi satwa yang tidak banyak dikenal publik ini. 

Konservasi Indonesia memang erat kaitannya pelestarian spesies bendera. Dengan memperluas pandangan kita bahwa spesies bendera seperti harimau dan gajah merupakan bagian dari sebuah ekosistem besar di mana mereka saling berinteraksi dengan spesies lainnya, kita akan semakin paham tentang mekanisme dan dinamika ekologi di alam. Pengetahuan ini kemudian akan membantu kita untuk melestarikan satwa liar Indonesia dengan lebih baik.

 


Mengarusutamakan konservasi multispesies di Indonesia

Ardiantiono merupakan penggiat dan peneliti konservasi sejak tahun 2014 yang sedang menjalani studi doktoral program Biodiversity Management di University of Kent, Inggris. Ardiantiono dapat dihubungi lewat akun Twitternya di @ardiantiono

Mau tulisanmu diterbitkan di blog Anotasi? Silahkan cek link ini

This site is registered on portal.liquid-themes.com as a development site. Switch to production mode to remove this warning.