Kontribusi Film untuk Pendidikan

Ilustrasi clapper board

Ide Utama

Pengantar Redaksi:

Artikel Catatan Pinggir ini sungguh inspiratif. Untuk meratakan kesempatan pendidikan dan memberikan ruang baru bagi para guru dan siswa, Anggun berinisiatif mendirikan Sinedu.id (Sinema Edukasi). Segera baca cerita Anggun berikut.

Tahun 2009 menjadi awal cerita saya perjalanan menapaki dunia pendidikan. Saat itu, saya mendapat kesempatan menjadi relawan di sekolah Anak Berkebutuhan Khusus di Jakarta. Dalam tiga bulan pertama, saya mengenal hal baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Masa-masa ini terasa singkat, tapi tidak membuat saya ragu untuk memutuskan mengabdi secara lebih serius. 

Tiga tahun berselang, 2012, saya kembali memperoleh tantangan. Kali ini, saya bergabung dengan tim pengajar muda dalam program Indonesia Mengajar. Saya ditempatkan di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan mengabdi selama kurang lebih satu tahun. 

Pengalaman tersebut membuat saya mampu melihat Indonesia dari dekat dan menyaksikan bagaimana kualitas pendidikan kita masih jauh dari setara. Kita selalu memuja dan meyakini bahwa pendidikan yang gampang diakses di kota-kota besar adalah kunci kesuksesan, namun seperti abai dengan fakta di luar kota-kota besar, pendidikan masih berjalan begitu lambat. 

Pendidikan adalah urusan banyak pihak. Pendidikan tak sebatas urusan kelas, guru, murid, atau sekolah, melainkan juga melibatkan berbagai birokrasi, pejabat, regulasi, maupun kepentingan yang seolah tak ada habisnya untuk digali. Pendidikan, pendeknya, kerja kolektif, atau dengan kata lain: tanggung jawab semua orang. 

Saya percaya bahwa pendidikan menggambarkan suatu eskalasi. Bila pendidikan jadi tanggung jawab semua pihak yang terdidik, maka, saya rasa, siapa saja bisa ambil partisipasi. Pertanyaannya: apa yang dapat dilakukan?

Tak peduli agama, golongan, ras, kaya atau miskin, semua berhak memperoleh pendidikan yang bernilai tinggi. ~ Anggun Piputri Sasongko Share on X

Bagi saya, pertama-tama, adalah ihwal pemerataan akses pendidikan. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu, di mana soal ini tertulis dalam UU Nomor 20 Tahun 2003. Artinya, pemerintah bukan saja hadir untuk menyediakan pendidikan yang bermutu, melainkan juga berkualitas. Tak peduli agama, golongan, ras, kaya atau miskin, semua berhak memperoleh pendidikan yang bernilai tinggi. 

Kesempatan yang sama ini juga berlaku pada guru. Penempatan guru perlu diatur sesuai dengan proporsi serta kebutuhan sehingga setiap anak di Indonesia dapat memperoleh pengajaran yang maksimal. 

Di era sekarang, komunitas atau organisasi pendidikan tumbuh menjamur serta jadi support system untuk cita-cita pendidikan Indonesia. Ikut berperan dalam komunitas atau organisasi ini memunculkan perspektif baru terhadap permasalahan pendidikan khususnya di Indonesia. Dalam jaringan Semua Murid Semua Guru, misalnya, kami mendiskusikan banyak hal, terutama apa yang  menjadi kebutuhan para guru, bagaimana menjalankannya, dan hasil apa yang ingin dicapai. 

Suatu hari, diskusi diadakan di kluster ini. Hampir setiap organisasi menyuarakan keluhannya tentang posisi guru. Dengan posisinya di garda terdepan pendidikan, sudah semestinya guru memperoleh kemerdekaan untuk belajar sekaligus mengembangkan diri. Pasalnya, bila guru mendapatkan kesempatan tersebut, maka manfaat yang diperoleh para murid juga bakal besar. 

Jumlah guru dan siswa di seluruh Indonesia belum setara. Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2014 ada sebanyak 3.748.997 guru. Lima tahun berselang, jumlahnya merosot jadi 2.936.893 guru. Jumlah guru termasuk kepala sekolah di indonesia pada tahun ajaran 2018/2019 sebanyak 2,94 juta guru. Angka tersebut menurun 2,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sejak tahun ajaran 2014/2015, jumlah guru terus mengalami penurunan. Sedangkan total murid, dari SD sampai SMK, ada sekitar 45 juta.

Kontribusi Film untuk Pendidikan
Film tak sebatas produksi. Dari film, kita bisa melihat aspek bahasa, representasi, serta publik. Aspek-aspek ini digali melalui pemahaman literasi film.

Apabila kita melihat data di atas, maka jelas betapa cukup banyaknya siswa yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari guru, selain tentunya jumlah guru yang terus merosot di tengah penambahan murid. 

Saat ini kita perlu membangun banyak ruang belajar untuk guru, tempat di mana mereka dapat terus mengembangkan dirinya agar memiliki kualitas dan kompetensi yang cakap di bidangnya. Karena, pada dasarnya, guru yang kompeten dan punya tingkat penyebaran yang merata merupakan kunci pendidikan yang bermutu di Indonesia. 

Sudah banyak inisiatif maupun gerakan pendidikan yang kerja utamanya adalah menciptakan kemajuan di bidang ini, termasuk mengembangkan kompetensi guru. Gerakan yang ada perlu didukung dan menjadi concern kita semua sebagai kerja barengan untuk memajukan pendidikan. 

Salah satu inisiatif yang muncul yaitu lewat film. Gerakan ini dipelopori oleh Sinedu.id (Sinema Edukasi). Kami menyebutnya: “kontribusi film untuk pendidikan”. Sebagai platform digital yang menyediakan film sebagai media belajar, Sinedu.id hadir sebagai medium penceritaan lewat audio visual. Menyediakan film dan cara mengajarnya dengan modul kepada setiap guru untuk mendukung aktivitas dan metode belajar baru di Sekolah. Melalui Sinedu.id guru sedang mengembangkan kemampuan mengajarnya untuk lebih kreatif menggunakan media belajar lain, yaitu film. Secara bersamaan melalui platform ini, guru maupun siswa juga belajar menggunakan teknologi sebagai media. Platform ini juga menjadi penghubung komunitas guru di seluruh Indonesia dan menjadi wadah diskusi untuk mengembangkan literasi film dan berbagi modul pembelajaran.

Sinedu.id memberikan pelatihan melalui Guru Melek Film yang saat ini sudah hadir di 20 kota/kabupaten di Indonesia. Kerja ini adalah bentuk kolektif yang dilakukan sebagai bentuk kolaborasi dengan komunitas pendidikan, swasta, dan juga pemerintah, termasuk di antaranya Kemendikbud  lewat Pusbangfilm. 

Mengapa Film? 

Film tak sebatas produksi. Dari film, kita bisa melihat aspek bahasa, representasi, serta publik. Aspek-aspek ini digali melalui pemahaman literasi film. Sejatinya, film memberikan makna yang begitu luas pada setiap cerita yang ingin disampaikan. Dari satu film kita bisa belajar karakter, sosial budaya, atau bahkan bisa dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu. 

Melalui film juga akan memberikan pengalaman baru yang belum pernah dialami guru dan siswa yang diajarnya. Sebab, film menggunakan imajinasi, cerita, dan makna sehingga menjadikan proses pembelajaran tambah menyenangkan.

Dalam hubungannya dengan kognitif siswa, pembelajaran lewat film dapat digunakan untuk:

  1. Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak.
  2. Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. 
  3. Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang menunjukkan interaksi manusia.

Sedangkan dalam hubungannya dengan tujuan psikomotor, film digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat memperlambat atau mempercepat gerak, mengajarkan cara menggunakan suatu alat, mengerjakan suatu perbuatan, dan lain-lain. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik kepada siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak. Biasanya, kegiatan ini kami elaborasi dalam bentuk aktivitas bermain peran. Dengan film pula kita dapat mempengaruhi emosi dan sikap seseorang. 

Sebelum memulai mengajarkannya di depan kelas, guru terlebih dahulu dibekali kemampuan literasi film dan bagaimana menyampaikannya dengan cara-cara yang kreatif dan mampu membangun semangat belajar para peserta didik. Guru akan mendapatkan kesempatan belajar lewat film literasi sebagai aktivitasnya, menjadikan guru paham dan dapat memfasilitasi perkembangan literasi film peserta didik serta mampu menggunakan film sebagai media belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan literasi peserta didik; menjadikannya manusia yang berkarakter, kritis, kreatif, unggul dan memiliki kemampuan memecahkan masalah. 

Jika pendidikan adalah tanggung jawab kita, siapa saja tentu mampu untuk berpartisipasi dan berkontribusi. ~ Anggun Piputri Sasongko Share on X

Melalui platform ini juga kita sedang mengajak setiap orang, terutama filmmaker di Indonesia, untuk berkontribusi pada pendidikan. Menghubungkan antara pembuat dan penikmat film agar menjadikannya sebagai media belajar yang menyenangkan dan bermakna.

Saya percaya bahwa setiap yang kita lakukan punya dampak yang signifikan bagi sebuah janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika pendidikan adalah tanggung jawab kita, siapa saja tentu mampu untuk berpartisipasi dan berkontribusi. 


Kontribusi Film untuk Pendidikan

Anggun Piputri Sasongko, akrab dipanggil Anggun. Ibu dari satu orang anak perempuan yang lahir dan besar di Jakarta. Lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia jurusan Administrasi Negara. Mulai tahun 2009 aktif sebagai pengajar dan terlibat pada organisasi Pendidikan sampai sekarang. Mengajar 1 tahu di Rote Ndao sebagai Pengajar Muda Indonesia Mengajar. Pernah juga aktif pada gerakan kerelawanan melalui komunitas turuntangan.org (2013-2015) dan ikut terlibat pada pesta demokrasi Pilpres 2014/2015. Tahun 2017 – 2019 bersama teman-teman komunitas pendidikan menyelenggarakan Pesta Pendidikan bersama jaringan Semua Murid Semua Guru. Saat ini menjabat sebagai Co-founder Sinedu.id dan berdomisili di Pennsylvania, Amerika Serikat.


This site is registered on portal.liquid-themes.com as a development site. Switch to production mode to remove this warning.