Korban, Memori, dan Jalan Panjang Menuju Keadilan
July 20, 2019Jomblo: Sebuah Interpretasi Kemanusiaan
August 27, 2019WAWANCARA
Serunai dan Seni
Wawancara ini adalah bagian dari blog Anotasi. Tujuannya untuk menyajikan profil anak-anak muda Indonesia yang aktif di bidang ilmu sosial dan humaniora sebagai akademisi, pekerja kreatif, aktivis, dan penggiat komunitas. Kalau kamu mau merekomendasikan teman atau rekan, silakan hubungi kami di [email protected].
Bulan lalu, Anotasi berkesempatan wawancara redaksi Serunai, website yang fokus pada kegiatan seni dan budaya di Indonesia. Yuk simak jawaban tim Serunai!
Boleh dijelaskan Serunai itu apa?
Jadi Serunai adalah media yang mempublikasikan tulisan terkait tema seni dan budaya dalam arti yang luas. Ketika mengonsep Serunai, tulisan-tulisan yang dibayangkan adalah tulisan dengan tema yang beragam karena semua fase hidup manusia bisa menjadi tema tulisan. Kesannya tema tulisan jadi sangat luas ya. Pilihan itu disengaja karena Serunai ingin seni dan budaya yang dibahas itu merupakan seni dan budaya yang memang berhubungan dengan kehidupan manusianya. Jadi kami tidak membatasi diri pada seni atau budaya tertentu saja. Serunai menerima tulisan tentang musik, seni rupa, pertunjukan, juga tulisan tentang masyarakat adat dan ritual budaya warga di daerah tertentu. Jadi Serunai terbuka terhadap beragam jenis tema, termasuk gaya penulisan bahkan gaya berbahasa selama penulisnya memiliki alasan/penjelasan yang bisa kami terima. Sebagai contoh ada tulisan yang menggunakan gaya bahasa bukan EYD, melainkan ejaan lama. Kami mendiskusikannya di redaksi sebelum memutuskan mempublikasikan tulisan itu, salah satunya dengan menanyai si penulis alasannya memilih gaya bahasa tersebut. Redaksi merasa bisa memahami penjelasan si penulis sehingga akhirnya tulisan itupun diunggah.
Dalam perjalanannya memang ada banyak tulisan yang membahas maupun mengulas musik yang terjadi di lokasi-lokasi seperti Yogyakarta dan Jakarta. Itu barangkali tidak terlepas dari minat para penulis juga, karena ternyata memang lebih banyak penulis musik dibanding katakanlah penulis seni pertunjukan. Oleh karena itu, kami sangat senang kalau ada tulisan-tulisan yang membawa tema dan cara pandang yang baru (setidaknya bagi Serunai) serta keragaman daerah. Satu hal yang jadi pegangan Serunai adalah, tulisan itu sebisa mungkin dikemas dengan gaya tutur yang mudah dipahami orang, dalam arti bukan dangan gaya yang formal akademis, karena Serunai ingin tema-tema seni dan budaya ini menjadi tema yang bisa dipahami dan disukai banyak orang, khususnya target pembaca Serunai yang berada di kisaran usia 20 – 40 tahun.
Kenapa kalian memutuskan untuk membuat media seperti Serunai?
Serunai didirikan oleh sekumpulan teman. Ide membikin media muncul karena sekumpulan teman ini memang punya pengalaman di bidang media atau minimal di bidang tulis menulis, serta sedikit banyak tertarik dan mengikuti informasi isu-isu seputar seni dan budaya. Secara personal memang fokusnya tidak sama persis. Ada yang fokusnya ke musik, ada yang fokusnya ke sub-kultur, ada yang ke politiknya dan sebagainya. Tetapi semua bersepakat untuk berkumpul membangun media bersama.
Kalau secara waktu, idenya sudah dilontarkan sejak 2015, dan setelah melalui obrolan-obrolan melalui WAG dan rapat-rapat kecil, akhirnya ide itu bisa terealisasi pada Juni 2016 setelah kami mengajak serta teman yang berlatar belakang desainer visul dan pengembang web untuk bergabung. Jadi semua dilakukan secara sukarela, tanpa modal uang kecuali untuk bayar domain dan hosting yang dikumpulkan secara ‘bantingan’. Semuanya berbagi tugas. Ada yang menyiapkan tulisan, ada yang menyiapkan ilustrasi, ada yang menyiapkan front end webnya, ada yang fokus di back end dan seterusnya. Jadi kamipun menerapkan hal yang sama kepada para penulis yang tulisannya kami publikasikan, karena kami belum mampu untuk memberikan apresiasi selain ucapan terimakasih.
Pola semacam ini secara umum masih berjalan sampai sekarang, meskipun anggota tim berubah karena ada yang memutuskan tidak bisa melanjutkan proses bersama Serunai dan ada anggota baru yang masuk. Empat orang yang fotonya terpampang di “Tentang Kami” Serunai adalah tim yang bertahan dari awal sampai saat ini. Selain itu, ada setidaknya empat anggota baru yang foto dan profilnya belum dimasukkan (dalam proses).
Meskipun demikian, kami juga punya mimpi bahwa suatu saat nanti, kami bisa memberikan apresiasi selain ucapan terimakasih, baik kepada para kontributor maupun secara internal kepada seluruh anggota tim.
Menurut kalian, perlu nggak sih anak muda Indonesia memahami seni dan budaya?
Kami merasa semua orang perlu memahami seni dan budaya karena ya siapa sih yang bisa hidup tanpa seni dan budaya?
Lalu kenapa Serunai fokus ke anak muda? Ya karena Serunai didirikan oleh anak muda. Itu alasan pertama.
Alasan lainnya, Serunai ingin melalui konten yang dipublikasikan itu bisa turut mewarnai imajinasi anak muda dengan keragaman kisah, tema dan cara pandang. Hal ini dipandang penting karena masa muda itu kan fase antara menuju masa berikutnya. Jadi harapannya ya kalau ketika muda kita belajar membuka pikiran dan menyerap banyak hal, itu akan jadi bekal buat melangkah ke fase berikutnya. Bekal itu kan tidak melulu harus berupa sesuatu yang akan membuat kaya secara materi ya, tetapi lebih ke bekal menjadi manusia yang manusiawi (cieeh). Nah, Serunai berharap bisa menjadi salah satu dari sekian banyak media belajar itu, dan Serunai melakukannya dengan menyajikan beragam kisah, tema dan cara pandang di seputar tema seni dan budaya.
Wawancara ini adalah bagian dari blog Anotasi. Tujuannya untuk menyajikan profil anak-anak muda Indonesia yang aktif di bidang ilmu sosial dan humaniora sebagai akademisi, pekerja kreatif, aktivis, dan penggiat komunitas. Kalau kamu mau merekomendasikan teman atau rekan, silahkan hubungi kami di [email protected].