Motif Psikologis atau Sosiologis? Sekilas Tipologi Bunuh Diri ala Emile Durkheim
September 6, 2022COP 27: Aksi dan Pendanaan Iklim
May 9, 2023KATALIS
NFT untuk Seniman Lokal Braga
oleh Aryasatya Rafa Prayitno, Luthfi Baihaqi Riziq, Rizqi Vazrin, Caroline Natasha Amartya, dan Janaka Isnan Daru
Tahun 2020 dan 2021 merupakan tahun yang mengharuskan kita untuk menjaga jarak dan mengisolasi diri akibat pandemi COVID-19 yang melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Tidak hanya itu, pandemi juga melumpuhkan aspek kehidupan lain, terutama ekonomi. Seniman merupakan salah satu profesi yang mengalami permasalahan ekonomi, dengan 226.586 seniman dan pekerja kreatif terdampak pada tahun 2020 . Salah satu dampak yang dirasakan adalah sulitnya melakukan transaksi dan hilangnya media apresiasi yang biasanya mengharuskan interaksi secara langsung antara seniman dan para penikmat seni. Namun, hal tersebut dapat teratasi dengan digitalisasi komunikasi dan transaksi barang dan jasa, seperti dengan kehadiran NFT.
NFT dan Problem Kesejahteraan
NFT merupakan media apresiasi karya seni. NFT (Non-Fungible Token) adalah bukti kepemilikan barang berupa aset digital yang biasanya dibeli dengan mata uang kripto. Dalam memasarkan karya seni, seniman dapat menjualnya dengan dua cara, yaitu project dan solo creator yang dua-duanya harus menawarkan karyanya ke komunitas lain.
Sebagai contoh, Ghozali NFT, seorang solo creator,berhasil meraup Rp1,5M dari penjualan swafoto hariannya. Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, memanfaatkan NFT untuk membantu menjual karya pelukis di Jalan Braga, Kota Bandung. Lukisan seniman Jalan Braga tersebut berhasil terjual melalui platform Opensea sebesar 0,09 ETH atau Rp4,2 juta. Kita dapat melihat kedua peristiwa tersebut sebagai momentum pemanfaatan NFT secara luas dan optimal bagi para seniman lokal.
Seniman Lokal dan NFT
Kami mendatangi salah seorang seniman lokal di Jalan Braga, Kota Bandung, untuk menanyakan perihal NFT dan hubungannya dengan seniman lokal. Pak D (pseudonim) adalah salah satu seniman yang diajak untuk menjadikan karya lukis mereka sebagai NFT oleh Gubernur, Ridwan Kamil. Beliau juga salah satu seniman yang berhasil meraup keuntungan cukup besar. Karyanya yang semula diberi harga Rp500.000 terjual dengan harga delapan kali lipat, yaitu Rp 4 juta. Sekilas, kita telah bisa melihat peluang NFT bagi kehidupan ekonomi seniman lokal.
Akan tetapi, beberapa hal masih belum optimal. Salah satu hal utama adalah kegaptekan para seniman lokal. Pak D sendiri mengaku bahwa beliau tidak banyak ikut andil dalam menciptakan dan mengelola NFT-nya; urusan aset digital diserahkan kepada anaknya. Upaya untuk benar-benar mendigitalisasi karya lukis seniman lokal masih belum mencapai final.
NFT dapat meningkatkan eksklusivitas karya lukis ciptaan seniman lokal. Share on XApa Kata Penggiat NFT?
Kami menjangkau beberapa influencer yang sering bergulat dengan NFT. Dari percakapan dengan mereka, kami menemukan bahwa ada beberapa tantangan bagi seniman lokal dalam usaha mencari keuntungan dari NFT.
Tantangan pertama adalah nilai jual NFT yang fluktuatif/tidak stabil. NFT akan semakin berharga ketika tren NFT itu sendiri sedang terjadi dan sebaliknya. Nilai jual NFT ketika hype Ghozali, contohnya, berbeda dengan nilai NFT pada pertengahan tahun 2022; harganya telah menurun. Berkaitan dengan fluktuasi nilai jual, harga suatu NFT seringkali berkaitan dengan popularitas artis yang membuat karya atau memilikinya. Hal ini menjadi tantangan karena seniman lokal relatif tidak populer dibanding kebanyakan influencer dan artis digital di masa kini. Hal ini menciptakan kompetisi yang ketat dalam loka pasar NFT.
Bagi para influencer yang kami datangi, seniman lokal Braga memiliki sebuah nilai plus karena mereka cenderung memiliki ciri khas tersendiri dalam karya mereka. Salah seorang seniman ahli dalam menggambarkan suasana pasar, yang lain jago menciptakan lukisan bunga yang timbul. Hal ini dapat menciptakan eksklusivitas jika di-NFT-kan. Namun, secara realistis, orientasi dalam menciptakan NFT tidak seharusnya demi mencari keuntungan, menurut influencer yang kami datangi. NFT justru menjadi media yang tepat untuk menunjukkan kepemilikan sebuah karya. NFT dapat meningkatkan eksklusivitas karya lukis ciptaan seniman lokal. Di sisi lain, NFT juga dapat membantu distribusi karya. Daripada menunggu pelanggan datang ke Braga, kenapa tidak secara aktif mempromosikan karya mereka secara digital?
Peluang Seniman Lokal di Pasar NFT
Lalu, bagaimana seniman lokal dapat memeroleh benefit dari pasar NFT? Pada dasarnya, NFT memiliki kemudahan verifikasi kepemilikan dengan sistem blockchain.
Pertama, penjual karya mampu memotong waktu dalam menangani administrasi karya. Contohnya, saat penjual berada di kota A dan pembeli berada di kota B, perbedaan domisili mengakibatkan adanya penggunaan jasa pengiriman serta keperluan administrasi yang disiapkan bagi kedua belah pihak. Cukup memakan waktu, bukan? Dengan adanya kemudahan verifikasi melalui sistem blockchain, pembeli dan penjual mampu mengirim serta mendapatkan karya secara jarak jauh. Hal ini dapat dikatakan memperpendek waktu yang digunakan untuk keperluan administrasi penjual dan pembeli.
Kedua, NFT dapat memperluas penjualan. NFT sebagai produk dari digitalisasi menjadikan marketplace NFT memiliki jangkauan lebih luas dibandingkan berjualan di pinggir jalan yang kebanyakan memiliki segmentasi pembeli yang terbatas pada warga lokal. Kedua manfaat yang ditawarkan mampu menarik seniman lokal, termasuk seniman Jalan Braga, untuk masuk ke pasar NFT.
Dalam hasil wawancara yang dilakukan oleh beberapa influencer, dapat terbilang seniman lokal memiliki peluang pada pasar NFT. Karena, sifat dari NFT yang terbuka dan juga setiap seniman lokal mempunyai ciri khasnya masing-masing. Hasil dari ciri khas yang dimiliki adalah timbulnya identitas pembeda dari seniman lain. Identitas merupakan hal yang penting dalam persaingan pasar NFT: semakin identitas kita dikenal dan memiliki keunikan, konsumen akan semakin tertarik untuk membeli.
Penutup
NFT memiliki fungsi utama sebagai tanda kepemilikan suatu karya, sedangkan fungsi NFT sebagai media pendapatan bersifat sekunder. Hal itu dikarenakan manfaat paling besar dari pembuatan NFT adalah menunjukkan eksklusivitas suatu karya. Di sisi lain, NFT, sebagai aset yang dipasarkan, tidak memiliki nilai jual yang stabil di loka pasar NFT. Hal itu berarti bahwa nilai NFT fluktuatif tergantung tren NFT itu sendiri dan popularitas suatu karya yang juga ditunjang oleh popularitas artisnya.
Seniman lokal Braga akan mendapatkan manfaat utama berupa menampilkan kepemilikan karyanya dan ciri khas lukisannya. Namun, mendapatkan uang dengan menjual NFT akan sulit dilakukan sebab pasar NFT adalah pasar yang kompetitif, sementara seniman lokal Braga tidak selalu memiliki popularitas yang membuat seorang pembeli menghargai NFT mereka.
Secara realistis, NFT bagi seniman lokal Braga dapat berfungsi pula sebagai media distribusi karyanya agar tidak pasif dan menunggu pembeli datang ke Braga untuk membeli lukisannya. Dengan adanya NFT, seniman lokal Braga dapat dengan aktif mempromosikan karya mereka.
Kami adalah sekelompok mahasiswa yang sedang melakukan penelitian program kreativitas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mau tulisanmu diterbitkan di blog Anotasi? Silahkan cek link ini